
Jombang (MTsN 3 Jombang) — Dalam upaya memahami karakteristik dan potensi belajar peserta didik, MTsN 3 Jombang melaksanakan Tes Psikologi (Asesmen Diagnostik) yang berlangsung mulai 28 Oktober hingga 1 November 2025. Kegiatan ini bekerja sama dengan lembaga Eduprime, yang bergerak di bidang asesmen pendidikan.
Tes psikologi ini bertujuan untuk mendeteksi kemampuan awal, kesiapan belajar, serta kesulitan belajar siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Selain itu, asesmen ini juga dirancang untuk mengenali potensi siswa dari aspek non kognitif.
“Tes ini mencakup aspek kognitif, yaitu potensi dan kompetensi akademik, serta non kognitif seperti gaya belajar, kondisi psikologi, minat-bakat, dan kepribadian,” jelas perwakilan tim pelaksana.
![]() |
![]() |
Sebagai bagian dari dukungan terhadap digitalisasi pendidikan, seluruh proses pelaksanaan dilakukan berbasis komputer. Dengan cara ini, pelaksanaan menjadi lebih efisien dan hasil tes dapat diolah secara lebih akurat.
Dari hasil asesmen, madrasah dapat memetakan kemampuan siswa menjadi beberapa kelompok — mulai dari yang sudah menguasai konsep hingga yang masih membutuhkan penguatan. “Informasi tersebut membantu guru menyusun strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk tiap kelompok sesuai prinsip pembelajaran berdiferensiasi, sehingga setiap anak mendapat kesempatan belajar sesuai kebutuhannya,” ujar penyelenggara.
![]() |
![]() |
Bagi siswa, kegiatan ini menjadi momen refleksi diri untuk mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing serta menemukan cara belajar yang paling efektif. Dengan begitu, siswa diharapkan lebih aktif dalam mengatur proses belajarnya sendiri.
Tak hanya bagi madrasah dan siswa, hasil tes juga akan dibagikan kepada orang tua. “Langkah ini bertujuan mengefektifkan ekosistem pembelajaran antara madrasah, siswa, dan keluarga. Orang tua dapat memahami potensi serta tantangan anak dan menyesuaikan cara mendampinginya di rumah,” ungkap panitia.
Melalui kegiatan ini, MTsN 3 Jombang berharap tes psikologi (asesmen diagnostik) dapat menjadi titik awal perubahan paradigma pendidikan. “Dari sekadar menilai hasil belajar menjadi memahami proses belajar. Tes ini adalah wujud nyata cinta dalam pendidikan — karena setiap anak layak dikenal, setiap potensi layak dirawat, dan setiap proses layak dihargai,” tutupnya.
















